Posted in Puisi, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Kerinduan dan kenangan, Resah, Gelisah dan Sedih on Desember 16th, 2008 No Comments »
Purnama di bulan Mei
sebuah jepit rambut
bermotif ukiran hati
kau selipkan di rambutku
sejenak…
sebelum kau beranjak
tak bisa berkata
aku pun terdiam dalam gelisah
tapi, isakan hati tak bisa kututupi
Seperti rembulan yang merengkhuh malam
terangi hati berpayung cendawan hitam
kau ikrarkan akan kembali
dalam satu sasi
Berlutut Untukmu
Posted in Puisi, Cinta, Keluarga dan Sahabat on Desember 16th, 2008 No Comments »
monolog Sheera kepada Satya, dari pemberi mimpi…
aku berdoa untukmu dari hatiku
dari hati yang pernah kau sentuh
dan selalu ingin menyentuhmu
semoga abadi bahagiamu
semoga tangan yang ingin kau genggam menyambutmu
semoga aroma yang kau rindukan dapat kau hirup
dan semoga hati yang ingin kau peluk mencintaimu selamanya
Waktu
Posted in Puisi, Kelam on Desember 16th, 2008 No Comments »
Waktu bisa jadi sangat kejam
Waktu yang tak berbelas atas kelahiran, penderitaan, dan kematian
Yang tidak bergeming pada jeritan menyayat
Yang berdurja dan berlalu begitu cepat saat senyum merekah
Dan melonjak merdeka pada iris demi iris kesakitan
Waktu menyaksikan dengan bijak…
Atau menungggu diam-diam saat yang tepat
Surat Kepada Pacar di Bulan November
Posted in Puisi, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Teruntuk on Desember 14th, 2008 No Comments »
November datang lagi, Sayangku
Bulan kita yang menggemaskan
Saat-saat denyut cinta ditimpa irama hujan
Yang pelan
Tersedu-sedu
Aku mestinya rindu padamu
Saat angin menyindir membawa matamu yang bening
Tapi, tak apalah!
‘Tuk sedikit berdusta dan melupakanmu
Tanpa mencari cinta kulewatkan sunyi yang sia-sia
Di Tirai Embun
Posted in Puisi, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Doa, Syukur dan Pujian, Teruntuk on Desember 14th, 2008 No Comments »
ada bisik halus mengabarkan kelembutan kasih putih
kecipak pelan di shubuh tadi
pun menyanyikan kidung harapan
pada waktu yang terus merambat
setiap detiknya menjanjikan hangat
seperti engkau selalu
memastikan metafora ketakjuban rasaku
pada kenyataan
engkau lahir dan tumbuh
pada palung terdasar keperempuananku
dalam ruang dengar dan ambang mataku
tiga belas tahun sudah …
Selamat ulang tahun, Biru langitku.
Lantak
Posted in Puisi, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Jeritan, Kerinduan dan kenangan, Resah, Gelisah dan Sedih, Teruntuk on Desember 16th, 2008 No Comments »
ada banyak malam saat aku menangisimu
menangisi ketiadaanmu dan meneriaki gelap yang tak turut menghisapku
tumpah bukan kata terbaik untuk menggambarkan ruah air mataku
jiwaku hancur..
lantak dalam liatan gelombang tertinggi
ada banyak sesal yang ingin kukatakan padamu’
dan banyak maaf yang tak akan terdengar lagi olehmu
tapi di atas tumpukan rasa yang semakin membuatku gila
Sebuah Gerbang
Posted in Puisi, Kerinduan dan kenangan on Desember 13th, 2008 1 Comment »
Gerbang sekolahku…
Yang terdiri dari beberapa batang besi
Dicat dengan warna biru
Selalu dilewati oleh banyak orang
Walau hanya sebuah pagar besi biru
Engkau menjadi awal yang indah
Bagiku untuk injakkan kaki di sekolah ini
Awal dari sejarah peristiwaku
Oh gerbang…
Tanpa kau
Kapan aku harus dapat…
Mengawali semua peristiwa ini?
Sajak Motorku
Posted in Puisi, Teruntuk on Desember 13th, 2008 No Comments »
Bersama kita terbang membelah malam
Meretas hari yang terlewati
Meniti jalan terjal bertabur debu
Demi hati yang selalu menanti
Dalam pengap kita menari
Menantang matahari menggapai langit
Tak peduli lumpur membalut tubuh
Kau setia menemani hari-hariku
Kau meraung dalam amarahku
Merepih saat setitik air meluruh
Kaulah nafas yang kuhela
Membisu saat ku luluh dalam letih
Pintaku kau selalu ada untukku
Terkapar
Posted in Puisi, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Resah, Gelisah dan Sedih on Desember 13th, 2008 No Comments »
Terjerembab ku disini
Terkapar memandang langit
Kucari engkau
Diantara gugusan bintang
Masihkah jejakmu ada?
Satu dua langkah kususuri
Percikan rasa yang kudamba
Namun tak jua kutemukan
T’lah kubulatkan tekad
Menghapusmu dari mimpiku
Dalam dekap Sang Pemberi Cinta
Berharap usapanNya
Tahlilan Puisi
Posted in Puisi on Desember 12th, 2008 No Comments »
Ombak yang melepaskan kemarahannya ke tepian daratan
Bumi segera kugocek
Dan kutipu lewat gerakan kata-kata
Ketika jauh di dalam bumi berbunyi tahlilan-tahlilan puisi,
tanganku bergerak
ke bawah luapan desahan manis itu.
Di atas remang-remang kalililawar adzan
Tangan-tangan gunung menggendongku
Ke puncak suara yang paling merdu.
2 komentar:
Thank's
Thank's
Posting Komentar